Keesokan harinya, Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi berangkat ke Jipang untuk memancing kemarahan Arya Penangsang. Sampai di sana mereka bertemu dengan seorang pekatik (pemelihata kuda) yang sedang mencari rumput. Kebetulan pekatik yang ditemui itu adalah orang yang mengurusi kuda milik Arya Penangsang atau Arya Jipang. Melihat pekatik itu Ki Ageng Pemanahan memanggilnya dan langsung mengikatkan sepucuk surat di telinga si pekatik. Sesudah itu si pekatik disuruh pulang untuk menyerahkan surat tersebut kepada Arya Penangsang. Adapun isi surat itu adalah tantangan kepada Arya Penangsang untuk bertarung di Sungai Bengawan.
Ketika si pekatik tersebut telah sampai di tempat tinggal Arya Penangsang, kebetulan Arya Penangsang sedang mengadakan pasewakan bujana andrawina. Surat dari Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi lalu disodorkan oleh si pekatik kepada Arya Penangsang. Melihat cara mengirimkan surat saja Arya Penangsang sudah marah. Apalagi ketika ia membaca isinya. Dengan tidak mengambil pertimbangan lagi ia segera mengambil keris saktinya yang bernama Kyai Setan Kober dan langsung mengendarai kuda jantan andalannya yang bernama Gagang Rimang menuju ke Sungai Bengawan.
Kuda yang bernama Gagak Rimang ini adalah kuda andalan Arya Penangsang yang biasa dipakai untuk mengalahkan musuh-musuhnya dalam peperangan. Gagak Rimang perawakannya gagah dan tegap, badannya tinggi dan besar tetapi lincah sekali. Warna bulunya yang hitam mengkilat, menjadikannya tampak berwibawa.
Saat Arya Penangsang sampai di pinggir kali Bengawan, ternyata Danang Sutawijaya telah menunggunya di seberang sungai. Sesuai dengan pesan ayahnya, Danang Sutawijaya datang dengan berkendaraan kuda betina serta membawa tombak Kyai Plered.
Melihat Danang Sutawijaya telah berada di seberang sungai, Arya Penangsang lalu mulai berteriak-teriak menantangnya. Untunglah Danang Sutawijaya tetap tenang. Karena sudah beberapa lama berteriak-teriak tetapi tidak mendapat tanggapan, akhirnya ia menjadi marah. Ia tidak dapat lagi mengendalikan emosinya, sehingga dengan tidak berpikir panjang Arya Penangsang terus mencebur ke sungai.
Danang Sutawijaya sangat bersenang hati melihat Arya Penangsang telah mendahului mencebur sungai. Ia lalu turun menyusul ke sungai. Di tengah Sungai Bengawan itu terjadilah perang tanding antara Arya Penangsang di satu pihak melawan Danang Sutawijaya di lain pihak. Arya Penangsang mengendarai Gagak Rimang, seekor kuda jantan, sedang Danang Sutawijaya mengendarai kuda betina. Akibatnya kuda jantan milik Arya Penangsang menjadi birahi. Selanjutnya, Gagak ...
Bersambung : Kisah Danang Sutawijaya dan Arya Penangsang Bagian 3
Kisah Danang Sutawijaya dan Arya Penangsang - Bagian 2
4
/
5
Oleh
admin