Kabar itupun terdengar oleh Ki Ageng Menawan yang merasa
hiri hatinya membayangkan keberhasilan Ki Ageng Kedungsari. Dalam hatinya
tumbuh niat yang jahat hendak menggagalkan rencana itu, bahkan ingin merampas
gajah Ki Ageng Kedungsari untuk dirinya sendiri. Pikirnya, “Kalau aku memiliki
gajah itu pastilah menjadi orang terpandang. Dan sekarang saat yang tepat.”
Bergegaslah orang itu bersekongkol dengan sahabatnya yang
terkenal dengan sebutan Ki Watu Gede. Dengan semangat yang berkobar-kobar
berujarlah dia kepada sahabatnya, “Kelak utusan Ki Ageng Kedungsari pasti
melewati daerahmu, membawa harta benda yang mahal-mahal dan menuntun seekor
gajah untuk mas kawin putri Rajekwesi. Jangan sia-siakan kesempatan itu, dan
rampasannya dibagi dua. Ki Watu Gede boleh memiliki seluruh harta benda yang
terbawa, sedangkan aku sendiri hanya ingin memiliki gajahnya. Setuju,
bukan?"
Mendengar tawaran itu tertawalah Ki Watu Gede sambil
berjanji hendak bekerja sama dengan sebaik-baiknya. Namun, didalam hatinya
terbit juga keinginan untuk memiliki sendiri gajah itu agar kelak menjadi orang
yang terpandang.
Tidak lama kemudian, rombongan dari Kedungsari telah
memasuki wilayah kekuasaan Ki Watu Gede. Mereka baru menempuh setengah
perjalanan untuk mencapai daerah Jepara.
Seluruh anggota rombongan itu makin meningkatkan kewspadaan
karena sadar telah berada di luar wilayah sendiri. Mereka sudah berpikir bahwa
setiap saat bisa terjadi perampokan terhadap harta bendanya. Ternyata musibah
itu harus dihadapinya. Pada saat bermalam, datanglah Ki Watu Gede dan Ki
Menawan yang bermaksud untuk merampas harta benda dan gajahnya. Tentu saja
permintaan itu ditolak mentah-mentah sehingga terjadilah perkelahian yang seru
selama berhari-hari. Kedua pihak menguras kesaktiannya, jatuh-bangun dan kalah-menang
silih berganti sehingga menjadi kabar yang tersiar luas di kalangan penduduk
sampai terdengar oleh Ki Ageng Kedungsari.
Perkelahian semakin seru dengan datangnya KI Ageng
Kedungsari yang terbakar hatinya. Namun, sampai sekian hari kemudian tak seorangpun
yang terkalahkan.
Akhirnya, tercapailah perundingan untuk membagi gajah it
menjadi tiga bagian. Ki Menawa memilki kepalanya, Ki Ageng Kedungsari membawa
pulang gembung atau tubuhnya, dan Ki Watu Gede berhak atas pantat dan ekornya.
Kisah Ki Ageng Rajekwesi - Bagian 2
4
/
5
Oleh
admin