Untuk menghindarkan diri dari tuduhan itu, maka Syekh
Maulana Mahgribi lalu mencabut kemaluannya. Kemudian ia menyingkapkan sarungnya
dan menunjukkan kepada Rasa Wulan bahwa dia tidak punya kemaluan, berkatalah
Syekh Maulana Mahgribi, “Lihatlah, aku bukan laki-laki. Mana mungkin aku
menghamilimu.”
“Aku harus bertanggung-jawab?” tanya Syekh Maulana Mahgribi.
“Ya. Kamu harus bertanggung-jawab,” kata Rasa Wulan.
“Kamulah yang harus mengasuh dan memelihara anak ini kelak setelah lahir.”
Syekh Maulana Mahgribi tidak lagi dapat mengelak. Setelah
anak yang dikandung oleh Rasa Wulan itu lahir, lalu diserahkan kepada Syekh
Maulana Mahgribi. Kandungan Rasa Wulan, yang setelah lahir diserahkan kepada
Maulana Mahgribi, diberi nama Kidangtelangkas. Keturunan Kidangtelangkas itu
kelak secara turun-temurun menjadi raja di tanah Jawa.
Namun terjadi suatu keajaiban. Kemaluan Syekh Maulana
Mahgribi yang dicabut itu berubah wujud menjadi sebilah mata tombak. Tombak
yang terjadi dari kemaluan Syekh Maulana Mahgribi itu, akhirnya menjadi “sipat
kandel” (senjata andalan) raja-raja Jawa. Tombak itu dinamakan Kanjeng Kyai
Plered.
Lanjutan Cerita Dari ; Kisah Kanjeng Kyai Plered bagian 1 dan Kisah Kanjeng Kyai Plered bagian 2
Kisah Kanjeng Kyai Plered - Bagian 3
4
/
5
Oleh
admin