Pada saat Prabu Brawijaya bertahta di Kerajaan Majapahit, di
daerah Jawa Tengah tumbuh kerajaan baru di Demak yang bercorak Islam. Kerajaan
Demak ini semakin lama semakin besar dan pengaruhnya, tarutama agama yang
dianutnya, meluas hingga ke pusat kerajaan Majapahit. Hal ini menyebabkan kekuasaan
Kerajaan Majapahit menjadi terdesak dan memaksa orang-orang yang tidak mau
diislamkan melarikan diri dari keraton. Mereka melarikan diri tidak dalam satu
kelompok besar, tetapi terpisah-pisah dalam kelompok-kelompok kecil.
Salah satu diantara sekian banyak kelompok kecil tersebut
adalah kelompok Prabu Brawijaya dan Permaisurinya beserta beberapa pengawalnya.
Dalam kelompok ini Sang Prabu juga membawa anjing kesayangannya yang berwarna
hitam. Kelompok kecil yang dipimpin oleh Prabu Brawijaya ini melarikan diri
menyusuri pantai selatan Pulau Jawa, ke arah barat, hingga sampai di daerah
Gunung Kidul, yang sekarang termasuk dalam wilayah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Dalam pelarian tersebut, agar tidak diketahui oleh siapa
pun, lebih-lebih oleh pasukan Kerajaan Demak yang mengejarnya, maka Prabu
Brawijaya dan Permaisuri, selalu “matur kawula” (menyamar sebagai rakyat
jelata).
Pada suatu ketika, Sang Prabu dan Permaisuri di menemukan
sebuah goa, di tepi Sungai Maja. Setelah masuk ke dalam goa, Sang Prabu merasa
bahwa goa tersebut sangat cocok untuk tempat bersembunyi, karena tempatnya
terpencil dan di dalamnya memiliki sebuah sendang (sumber air, danau kecil).
Sendang ini oleh Prabu Brawijaya dinamakan Sendang Tuban[1]. Dengan adanya
sendang di dalam goa itu, bila sewaktu-waktu Sang Prabu dan Sang Permaisuri
memerlukan air, tidak usah keluar dari dalam goa tempat mereka bersembunyi.
Setelah beberapa waktu lamanya menetap di dalam sebuah goa
tersebut, Sang Prabu dan Permaisuri beserta anjing hitam kesayangannya, lalu
pindah mencari tempat persembunyian yang lain lagi, yang diperkirakan lebih
aman. Untuk tempat bersembunyi berikutnya, Sang Prabu memilih sebuah goa lagi,
yang letaknya tidak jauh dari tempat persembunyian Sendang Tuban.
Pada suatu hari, ada seseorang yang sedang mencari kayu di
sekitar goa tempat Prabu Brawijaya bersembunyi. Saat itu ia melihat anjing
hitam kesayangan Prabu Brawijaya sedang bermain. Setelah diikutinya, ternyata
si anjing masuk ke dalam goa. Berita tentang keberadaan anjing hitam di dalam
goa, segera ia sampaikan kepada penduduk yang bermukim di sekitar hutan itu.
Keesokan harinya, mereka secara beramai-ramai menuju goa untuk menangkap anjing
hitam itu.
Bersambung : Kisah PrabuBrawijaya Dan Alas BantalWatu bagian 2
Kisah Prabu Brawijaya Dan Alas Bantal Watu
4
/
5
Oleh
admin