Mereka melihat dengan mata mereka sendiri, bahwa anjing
hitam itu tadi masuk ke dalam goa. Tetapi, kini di dalam goa itu tidak mereka
jumpai apa-apa, kecuali sebuah sendang.
Melihak kejadian ini, diantara mereka ada yang menduga,
bahwa anjing hitam itu menghilang karena ia kajiman (segala sesuatu yang
berhubungan dengan jin). Dan, ada pula yang mengira bahwa si anjing telah
berubah menjadi sendang. apapun alasannya, berkat anjing hitam itu akhirnya
mereka menemukan sendang yang sangat jernih yang airnya melimpah. Sendang itu
oleh mereka dinamakan Sendang Sureng.
Dari Sendang Sureng itu, Sang Prabu dan Sang Permaisuri
mencari tempat persembunyian yang lain lagi. Dengan menyusuri pantai selatan,
mereka berjalan ke arah barat, yang diikuti pula oleh anjing hitam
kesayangannya.
Pada suatu ketika, sampailah mereka di sebuah desa yang
bernama Gebang Sawar. Saat itu ada salah seorang pemduduk di Desa Gebang Sawar
yang sedang mempunyai hajat dengan menanggap wayang. Sang Prabu dan
Permaisurinya yang telah lama tidak menyaksikan hiburan, menyempatkan diri
untuk melihat pertunjukan wayang di Desa Gebang Sawar tersebut.
Namun, setelah segala perlengkapan yang diperlukan sudah
siap, sang dalang belum belum datang juga. Menurut berita, si dalang mendadak sakit.
Hal ini tentu saja membuat orang yang punya hajat itu menjadi bingung dan
cemas. Betapa besar rasa malunya nanti, bila pergelaran wayang itu sampai
gagal.
Mengetahui penyebab yang mencemaskan orang yang punya hajat
itu, Prabu Brawijaya mendekatinya, dan berkata: “Kalau Ki Sanak mau pertunjukan
yang ala kadarnya, saya sanggup menggantikannya.”
Orang yang nanggap wayang itu semula ragu-ragu. Apakah orang
yang dihadapinya itu benar-benar dapat “ndalang”. Kalau hanya sekedar dapat
saja, dia belum puas. Dia nanti akan mendapat malu di depan para tamunya, bila
menampilkan dalang yang biasa-biasa saja. Namun, karena dalang yang ditunggu
tidak kunjung datang, akhirnya dia terpaksa menerima tawaran orang yang belum
dikenal itu, daripada gagal sama sekali.
Setelah Prabu Brawijaya yang menyamar menjadi dalang mulai
mendalang, ternyata para tamu undangan dan semua orang yang menyaksikan
pementasan wayang itu sangat terpesona dan kagum menyaksikan kemahirannya.
Pesindennya, yang diperankan oleh Permaisuri, juga bagus dan suaranya sangat
merdu. Belum pernah mereka mendengar suara semerdu itu.
“Dalang dari manakah itu?” tanya seorang tamu kepada yang
lainnya.
“Saya tidak tahu,” jawab yang ditanya. “Bagus sekali dia
mendalang.”
“Ya, bagus sekali,” yang lain lagi menyambung. “Belum pernah
saya menyaksikan.........bersambung
Bersambung : Kisah Prabu Brawijaya dan Alas Bantal Watu bagian 3
Kisah Prabu Brawijaya Dan Alas Bantal Watu - Bagian 2
4
/
5
Oleh
admin